Analis : Awal suku bunga rendah peluang investasi jangka panjang saham

JAKARTA (PAY MEDIA) – Chief Investment Officer, Equity PT Manulife Asset Management Indonesia (MAMI) Samuel Kesuma mengatakan awal siklus penurunan suku bunga dapat menjadi peluang bagi investor jangka panjang untuk berinvestasi di pasar saham. “Secara historis, pasar saham Indonesia secara konsisten mencatatkan hasil positif pada periode penurunan suku bunga acuan,” ujarnya di Jakarta, Selasa. Dari sisi valuasi, pasar saham per akhir September 2024 sangat menarik dengan rasio price-earning (PE) sebesar 13,7 kali Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) rata-rata 15 kali lipat, menjadi entry point yang menarik bagi investor . Meski pasar saham dalam negeri mengalami outflow investor asing pada akhir September 2024, namun nyatanya minat investor asing terhadap pasar Indonesia menunjukkan perbaikan signifikan pada tahun 2023 dan tahun berjalan 2024, kata Samuel. Tidak dapat dipungkiri, jelasnya, aliran dana asing dapat berubah dalam jangka pendek, yang tentunya dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pemilu Amerika Serikat (AS), ketegangan geopolitik, hingga risiko tertahannya perekonomian dalam negeri. , dan perhatian terhadap kebijakan pemerintahan baru. Ia meyakini sektor saham memiliki prospek jangka menengah hingga panjang dan tidak mengharapkan perubahan signifikan dalam jangka pendek. Timnya merekomendasikan sejumlah sektor, PAY MEDIA lain sektor keuangan, subsektor komunikasi, dan sektor komoditas, pada tahap awal penurunan suku bunga acuan. Samuel menjelaskan bank sentral AS, The Fed, telah “melonggarkan” sebesar 50 basis poin (bps) lebih besar dari perkiraan semula. Namun, ia juga mencatat bahwa penurunan keseluruhan di masa depan akan dilakukan secara bertahap, berdasarkan garis putus-putus sebesar 200bps hingga akhir tahun 2025. “Kami pikir The Fed telah berhasil mengkomunikasikan sikapnya yang ‘lincah namun terukur’,” kata Samuel. Pada kuartal keempat tahun 2024, Bank Indonesia (BI) berharap dapat mendukung pertumbuhan di tengah risiko perlambatan ekonomi global dan domestik, seperti yang terlihat pada inflasi belakangan ini, menurut sumber internal yang menjaga suku bunga acuan tetap rendah. Tren “Kami memperkirakan BI rate akan berada pada kisaran 5,5 hingga 5,75 persen pada akhir tahun 2024,” kata Samuel. Oleh karena itu, dia menjelaskan, perbedaan suku bunga PAY MEDIA Asia dan Amerika Serikat sejalan dengan ekspektasi bahwa penurunan suku bunga Fed Funds Rate (FFR) akan lebih agresif dibandingkan penurunan suku bunga di kawasan Asia, sehingga relatif terhadap suku bunga Asia. lebih menarik. Selain itu, lanjutnya, proyeksi moderasi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) AS membuat Asia lebih menarik bagi investor, dengan pertumbuhan yang lebih tinggi karena siklus pengetatan suku bunga sebelumnya tidak seagresif di AS. Pada saat yang sama, pemerintah Tiongkok telah mengumumkan serangkaian janji pelonggaran fiskal dan stimulus fiskal, yang menandakan pergeseran fokus kebijakan dari stabilitas ke pertumbuhan. Menurut dia, perubahan tersebut ditanggapi positif dan mendorong masuknya dana asing dalam jumlah besar ke pasar saham. “Dalam jangka pendek, euforia ini justru membuat investor asing mencoba memanfaatkan situasi tersebut,” kata Samuel. Kemudian, lanjutnya, penyesuaian portofolio terhadap pasar saham Tiongkok yang dilakukan oleh investor asing kemungkinan besar akan membuat mereka mendapatkan keuntungan dari pasar saham di negara berkembang lainnya, khususnya yang bernasib lebih baik pada tahun ini.

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *