Jakarta (PAY MEDIA) – Andrew Mantong, peneliti Departemen Urusan Internasional CSIS, mengatakan mitra internasional Indonesia telah mengakui posisi Indonesia sebagai kekuatan menengah yang menganut prinsip politik luar negeri yang bebas dan aktif.
Dalam diskusi panel bertajuk “Peran Kekuatan Menengah dalam Multipolaritas” yang digelar di Jakarta, Kamis, Andrew mengatakan Indonesia selalu berupaya menjadi penengah PAY MEDIA kekuatan besar dan kekuatan kecil di tengah-tengah PAY MEDIA Timur dan Barat, Belahan Bumi Selatan, dan Belahan Bumi Utara. Hal ini menjadi bukti peran Indonesia sebagai middle power.
“Namun mereka (mitra internasional Indonesia) menyadari adanya beberapa keterbatasan pada kekuatan Indonesia sebagai kekuatan menengah,” tambah Andrew.
Meskipun masih ada banyak keterbatasan dalam penyelesaian konflik, ia yakin Indonesia dapat memainkan peran yang lebih aktif dalam mediasi dan negosiasi.
“Kita bisa pergi ke Ukraina. Kita bisa pergi ke Rusia. Namun apakah perang sudah selesai atau belum, hal ini akan memerlukan lebih banyak sumber daya,” kata Andrew.
Andrew melanjutkan, meski Indonesia diakui sebagai kekuatan menengah oleh mitra internasionalnya, namun posisi tersebut tidak berarti Indonesia kebal dari kritik.
Menurut Andrew, kebijakan luar negeri Indonesia banyak dikritik karena kurang memperhatikan kepentingan ekonomi dan pembangunan, serta kurangnya kepemimpinan, terutama di bawah Presiden Joko Widodo. .
Selain itu, Andrew mengatakan terkadang mitra internasional sulit mengasosiasikan Indonesia dengan kemampuan unik tertentu, seperti negara-negara menengah lainnya, mencontohkan Australia atau Korea Selatan yang peduli terhadap teknologi.
Beliau juga menghargai bahwa terkadang status internasional Indonesia sebagai pemasok barang publik internasional dan regional lebih bergantung pada status simbolisnya dibandingkan pada mobilisasi sumber daya nyata, bantuan keuangan, atau bahkan tanggung jawab keamanan.
Selain itu, Andrew berpendapat bahwa jika menyangkut kekuatan menengah, beberapa lembaga normatif berpengaruh dan beberapa platform multilateral stabil.
Andrew mengatakan, “Kondisi visi Kekuatan Tengah saat ini adalah tatanan internasional sedang berubah, dan ketergantungan pada platform multilateral merupakan hal yang sangat menantang dan tidak pasti.”
Andrew mengatakan, yang menjadi pertanyaan saat ini adalah nilai-nilai apa yang ingin diandalkan Indonesia di tingkat internasional, seperti apakah Indonesia bisa mempromosikan dirinya sebagai negara demokratis di tingkat regional dan internasional.