Toleransi adalah salah satu nilai dasar kehidupan sosial yang mempromosikan keragaman dan saling menghormati. Dalam hal pluralisme, toleransi memungkinkan berbagai kelompok keyakinan yang berbeda dan pendapat hidup secara damai.
Namun, ada titik di mana toleransi melebihi perbatasan, menyebabkan efek negatif. Fenomena ini sering disebut sebagai “toleransi yang rumit”, yaitu, kapan harus menghindari prinsip -prinsip dasar yang harus dipertahankan, toleransi luar biasa.
Toleransi diperpanjang dalam praktik
Toleransi pada banyak terjadi ketika kita terbuka secara terbuka untuk menerima segala sesuatu terlepas dari dampaknya pada standar sosial, agama dan moral.
Misalnya, di era informasi tentang informasi, kebebasan pendapat tanpa batas sering disalahgunakan untuk menyebarkan ucapan kebencian atau pendapat ekstrem. Dalam hal ini, daya tahan kemerdekaan berkembang karena benar -benar merusak harmoni sosial dan nilai moral.
Pertanyaan terakhir tentang Muslim mencium Paus, pejabat Kristen
Contoh dari fenomena toleransi baru -baru ini, ketika umat Islam mencium seorang paus, orang yang beragama Kristen, sementara dalam konteks kerusakan interchangeal dan ketika tindakan ini dipahami sebagai bentuk rasa hormat.
Tetapi dalam hal beberapa Muslim, perbatasan ini diyakini dilanggar karena bertentangan dengan ajaran agama mereka terkait dengan interaksi internasional. Tindakan ini telah diprakarsai oleh diskusi, karena dianggap melemahkan prinsip -prinsip kepercayaan dengan dalih daya tahan.
Tindakan seperti ini, meskipun untuk memperkuat hubungan timbal balik, dapat dianggap sebagai kompromi yang telah mereka adopsi sendiri. Alih -alih mempromosikan harmoni, ia benar -benar menciptakan stres dan kebingungan di antara orang -orang, yang merasa bahwa prinsip -prinsip mendukung toleransi kepercayaan agama lain tidak boleh dikorbankan.
Toleransi
Ketika daya tahan diisi tanpa batasan, nilai -nilai moral dan moral yang menjadikan dasar kehidupan sosial dapat habis. Dalam konteks agama, misalnya, adopsi transaksi atau keyakinan agama lainnya dapat menyebabkan banyak identitas dan prinsip -prinsip yang longgar.
Selain itu, toleransi pengecualian berisiko membuat konflik sosial, di mana orang bingung dalam menentukan batas apa yang harus dihormati dan ditingkatkan.
Toleransi yang berlebihan dapat menarik jika tidak seimbang dengan kesadaran perbatasan yang jelas. Fenomena toleransi tidak hanya menghemat nilai -nilai dasar yang ada, tetapi juga dapat menciptakan tekanan baru di masyarakat.
Jadi. Tidak perlu berpartisipasi karena kami memiliki konsep dan nilai toleransi mereka sendiri yang telah menjadi budaya yang diwariskan yang dipoles tanpa negosiasi dan dipoles oleh Akidah. (*) TGK. Usia
* Pengarang. Tgk. Umar Rafsanjani (Sekretaris Jenderal Rabithah Dayah Darusalam – Radad Ash)
Ikuti saluran saluran inspirasi.com di whatsapp.
Leave a Reply