Kemenkominfo terapkan dua pendekatan tangani RT/RW Net ilegal

Jakarta (PAY MEDIA) – Direktur Pengendalian Pos dan TI Kementerian Komunikasi dan Informatika Danny Suwardani mengatakan, pihaknya menerapkan dua pendekatan dalam menangani praktik ilegal jaringan RT/RW: pencegahan dan pemberantasan.

RT/RW ilegal adalah praktik penjualan kembali bandwidth Internet di wilayah tertentu tanpa izin atau perjanjian kerja sama dengan Internet Service Provider (ISP).

“Hal itu terjadi berulang kali, bahkan pada tahun 2012 kita sudah menempuh jalur hukum dan masuk ke dalam putusan pengadilan, namun jaringan RT/RW tetap bermunculan. Yang dilakukan Kementerian Kominfo ada dua, yaitu upaya pencegahan dan upaya penindasan. “. kata Dani di Jakarta, Selasa.

Dalam upaya preventif, Dani mengatakan Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia APJII (APJII) terus melakukan komunikasi rutin dengan penyedia layanan Internet beserta mitra dan resellernya dalam situasi ini.

Reseller adalah pelaku usaha yang menjual kembali jasa telekomunikasi di wilayah tertentu melalui perjanjian kerjasama dengan penyedia jasa Internet.

Dalam sosialisasi tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika menjelaskan aturan main bagi reseller agar mematuhi ketentuan yang tertuang dalam Peraturan Komunikasi dan Informatika Nomor 13 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Jasa Komunikasi.

Kementerian Komunikasi dan Informatika mengimbau pelanggan yang ingin menjual kembali bandwidth Internet agar mendaftar menjadi reseller resmi.

“Jadi kami sosialisasikan aturan main cara mengoperasikan reseller sesuai Peraturan Menteri 13 Tahun 2019, dan kami sosialisasikan kepada calon mitra yang merupakan reseller ISP,” kata Danny.

Dia mengatakan Kementerian Komunikasi dan Informatika sedang berkomunikasi dengan penyedia layanan Internet untuk memantau pelanggannya sehingga tidak menjual kembali bandwidth Internet tanpa izin.

Konsumen yang menjual kembali bandwidth Internet tanpa izin dapat terancam hukuman penjara hingga 10 tahun atau denda hingga Rp1,5 miliar.

“Paling tidak, dalam perjanjian kerja sama PAY MEDIA ISP dan pelanggan harus disebutkan bahwa penjualan kembali layanan bandwidth atau akses Internet tanpa izin dilarang karena ada ancaman (hukuman) di sana,” ujarnya.

Selain itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika juga aktif memantau praktik jaringan RT/RW ilegal melalui asesmen berkala berupa laporan masyarakat, temuan lapangan, laporan APJII dan ISP.

Kementerian Komunikasi dan Informatika mengambil pendekatan yang lebih represif dengan mengatur praktik penjualan kembali bandwidth Internet tanpa izin jika terbukti ada.

Kementerian Komunikasi dan Informatika akan meminta penyedia layanan internet untuk memutus akses internet bagi pelanggar.

“Kalau terus seperti ini kita akan masuk ke fase yang lebih represif, artinya kita akan melakukan penyitaan dan kemudian menempuh jalur hukum. Itu yang kita lakukan selama ini,” kata Danny.

Dalam proses penegakan hukum, Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan kepolisian, khususnya Bareskrim Polri.

Pada tahun 2024, Kementerian Komunikasi dan Informatika mencatat temuan atau laporan terhadap 111 pelaku usaha. Dari jumlah tersebut, 51 pelanggar telah melakukan tindak pidana saling bersaing dan memutus akses internet, sedangkan 60 pelanggar lainnya dinyatakan tidak bersalah karena berstatus reseller resmi sesuai ketentuan yang berlaku.

Danny menilai fenomena jaringan RT/RW ilegal terus berulang karena tingginya permintaan di wilayah yang sulit diakses operator telekomunikasi dan masih tingginya biaya layanan Internet.

Oleh karena itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika mendorong masyarakat untuk menjadi reseller resmi karena proses perizinan kini semakin dipermudah melalui Online Single Submission System (OSS).

“Tapi tentunya ada aturan atau area yang harus mereka ikuti ketika memilih menjadi reseller. Misalnya saja mereka harus mendaftarkan seluruh pendapatannya sebagai pendapatan ISP dan mencantumkan merek dagang ISP tersebut,” tutupnya.

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *