Mastel: Infrastruktur perlu didorong untuk kembangkan talenta digital

Jakarta (PAY MEDIA) – Ketua Seksi Infrastruktur Telekomunikasi Nasional Asosiasi Telekomunikasi Indonesia (Mastel), Sigit Puspito Wigati Jarot, mengatakan infrastruktur digital di Indonesia perlu didorong untuk meningkatkan kinerja koneksi yang berkualitas untuk mengembangkan generasi talenta digital masa depan.

“Ada keterkaitan PAY MEDIA infrastruktur digital dan talenta digital karena tanpa 5G akan menghambat inovasi,” kata Sigit dalam acara diskusi Indotelko Forum di Jakarta, Kamis baru, kalau infrastruktur lambat tidak akan segera dibangun.

Sigit mengatakan, keterlambatan pembangunan infrastruktur dapat menimbulkan kerugian bagi negara. Indonesia saat ini menghadapi keterlambatan dalam pengembangan 5G yang hanya mencapai kecepatan 30 megabit per detik, tertinggal dibandingkan negara tetangga Malaysia dan Singapura.

Selain itu, kualitas koneksi 5G di Indonesia juga lebih lambat 5 tahun dan kabel serat optik masih sekitar 15% dan target pada tahun 2030 hampir 30%.

Baca juga: Infrastruktur dan kesiapan masyarakat menjadi fondasi utama teknologi AI. Baca juga: Menjembatani kesenjangan digital, Indonesia perkuat infrastruktur dan talenta digital. Ia mengatakan, peningkatan kualitas koneksi 5G bukan hanya tugas operator tetapi juga negara. masyarakat yang membutuhkan konektivitas berkualitas. Infrastruktur yang berkualitas juga akan mendukung pengguna Internet, dengan penetrasi Internet saat ini mencapai 80%. Salah satunya adalah peningkatan teknologi serat optik dan pengembangan 5G.

“Dan ini akan memberikan peluang bagi generasi talenta digital berikutnya untuk berkembang, mereka dapat berinovasi, yang berarti mereka melek digital, tidak ada hambatan dalam penggunaan AI atau blockchain”.

Lebih lanjut, kerangka transformasi digital juga merangkum aspek-aspek ekonomi digital yang memerlukan perhatian signifikan dalam pengukurannya. Sigit berpendapat bahwa ekonomi digital harus dipertimbangkan secara lebih luas dan mencakup seluruh industri yang terkena dampak digitalisasi, tidak hanya sektor telekomunikasi.

Sigit juga berpendapat bahwa untuk menjamin transformasi digital, perlu juga dilakukan pembaharuan peraturan terkait era digital dan pemahaman terhadap ekosistem sekitar agar ekosistem ini lebih berkelanjutan dalam hal pertumbuhan, pembelajaran, dan persaingan.

“Setidaknya regulasi digital yang adaptif dan kolaboratif melibatkan semua orang, bekerja sama dengan pemangku kepentingan, menggunakan pendekatan ekosistem, semakin banyak partisipasi ekosistem, semua manfaatnya akan lebih bahagia, ekosistem akan berkelanjutan jika ada mesin pertumbuhan, mesin pembelajaran, dan mesin pembelajaran. mesin ekspansi,” kata Sigit. Baca juga: Ekosistem 5G mengambil langkah kolektif untuk memajukan visi digital Indonesia. Baca juga: Mastel: Pemerataan infrastruktur digital harus terus berlanjut.

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *