JAKARTA (PAY MEDIA) – Kajian terkini Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terhadap peta sumber sektor transportasi Jakarta menemukan bahwa kendaraan berat, khususnya truk, memberikan dampak paling besar terhadap berbagai jenis pencemaran, termasuk partikel (PM) 2.5.
Kendaraan besar khususnya truk merupakan penyumbang terbesar emisi debu halus (PM10, PM 2.5, karbon hitam), nitrogen oksida (NOx), dan sulfur dioksida (SO2), sedangkan sepeda motor merupakan penyumbang emisi karbon monoksida (CO) terbesar. . dan senyawa organik non-metana (NMVOC).
Berdasarkan penelusuran informasi, dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu, Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup Sekda DKI Jakarta Afan Adriansyah Idris mengatakan, temuan tersebut memberikan informasi dasar untuk memahami sumber pencemaran di Jakarta. Itu akan menjadi fondasinya. Untuk mengembangkan kebijakan pengendalian polusi.
“Dengan data tersebut, Jakarta lebih siap menghadapi tantangan masa depan terkait polusi udara,” ujarnya.
Selain itu, penelitian ini juga menyelidiki pengaruh berbagai aspek terhadap penguasaan kawasan lindung di wilayah Jakarta, yang terdiri dari lima wilayah administratif, tergantung pada stimulus. Model ini merupakan penerapan standar dasar bahan bakar Euro IV, penggunaan kendaraan listrik dan penggunaan filter bahan bakar diesel (DPF).
Berdasarkan hasil penelitian, penerapan standar bahan bakar Euro IV bertujuan untuk mengurangi polusi polutan seperti PM10 dan PM2.5 hingga 70% pada tahun 2030.
Penurunan ini diyakini akan berkontribusi pada peningkatan kesehatan masyarakat, khususnya pengurangan penyakit pernafasan dan jantung yang umum terjadi di perkotaan.
Kajian ini dilakukan di Indonesia World Resources Institute (WRI) melalui program USAID Clean Air Catalyst. Kajian tersebut dilakukan bekerja sama dengan Profesor O Puji Lestari, guru besar teknik lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan peneliti CAC USAID yang sedang memperbarui peta sumber transportasi wilayah Jakarta. Hal terakhir yang saya lakukan di tahun 2020.
Satya Utama, Manajer Program Kualitas Udara WRI Indonesia dan Manajer Proyek Katalis Udara Bersih, mengatakan laporan ini dapat membantu merencanakan lebih banyak kebijakan untuk mengendalikan polusi udara.
“Data yang diperoleh dari penelitian ini memberikan gambaran yang jelas mengenai permasalahan pencemaran udara di Jakarta, khususnya di sektor transportasi. Hal ini merupakan upaya nyata untuk mengurangi emisi sektor transportasi secara memadai, terutama untuk kualitas udara,” jelasnya.
Sementara itu, Pemprov DKI Jakarta menyatakan telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan pencemaran tersebut. Direktur Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto mengatakan, salah satu upaya yang dilakukan adalah memperbanyak stasiun pemantauan kualitas udara yang tersedia bagi masyarakat melalui komputer waktu aktual melalui air.jakarta.go.id.
Ia juga mengatakan Pemprov DKI telah memperluas pengujian kendaraan dan memperkuat pengawasan terhadap industri yang berpotensi merusak lingkungan.
Selain itu, sedang dipersiapkan rencana untuk memperluas zona tekanan rendah dan menurunkan tekanan barometrik secara signifikan, jelas Asep.